Thursday 30 July 2015

Novel Tuhan Jawab Lewat Andrea


Tuhan  Jawab Lewat Andrea 
         Suara gemuruh air menemani ku mencari dedaunan yang berada dipinggir sungai. Celana bututku kotor dan basah, mungkin karena kecipratan air sungai. Semua badan ku,  bau keringat. Matahari terus mencubit semua badanku dan Bayanganku  berubah menjadi lebih kecil dari badan ku. “Ini pasti jam 12 siang.” Ucapku, Aku baru mendapatkan beberapa daun saja untuk obat bapak padahal dari jam 9 Pagi aku kesini. Aku harus pulang, lagian dedaunan ini mungkin cukup untuk menghilangkan rasa sakit kaki bapak.
      Aku berjalan menuju rumah,  Rumah ku sangat butut, cat rumah yang berwarna Biru muda memudar, karna sering kehujanan. Dari jauh terlihat seseorang yang berdiri di depan pintu rumahku. Tangannya sedang memegang pinggang, dia ibuku. Semakin aku mendekat aku lihat matanya keluar semua dan berwarna merah.  ”Dasar anak Malas!! Kamu tidak jauh beda seperti bapa mu”. Ucap ibu, Nada suaranya tinggi. “Apa yang sudah ku perbuat, sehingga ibu memarahiku?”. Ucapku. Ibu tidak menjawab, ibu langsung masuk kedalam dengan wajahnya  yang menyeramkan. Mungkin ibu sedang banyak pikiran sehingga memarahiku.
       Tok..tok..tok.. Aku mengetuk pintu kamar bapaku. ”Paak,aku pulang”. Sambil mendorong pintu dan langsung masuk kedalam. Aku duduk dipinggir kasur bapak yang busanya  kelihatan seolah ingin mengintip percapakapan kami, dan seharusnya kasur ini sudah tidak layak pakai. Aku langsung mengambil tangan kanan bapa dan langsung ku cium tangan nya. ”Pak, barusan ibu memarahiku, memang aku salah apa?”. Ucapku, sembari menggelengkan dedaunan ditangan dan ku tempelkan di kaki bapak. ”Kamu tidak salah nak, bapa yang salah. Ibu kamu kesal sama bapak karna bapak tidak bekerja, Bapak lumpuh, bapak penyakitan, bapak selalu menyusahkan kalian.” Ucap bapak, bapak selalu mengatakan kata itu berulang-ulang, bapak lumpuh, bapak penyakitan,dan sebagainya Aku tak tega melihat bapak. ”Jangan berbicara seperti itu! Bapak harus kuat, bapak pasti sembuh.” Ucapku. ”Paak, aku masuk ke kamar dulu ya, bapa jangan banyak pikiran, nanti bapak makin sakit.” Ucapku lagi pada bapak.
        Aku berjalan pelan sekali, seolah tidak terdengar suara kaki yang menempel dilantai, kaki ku melangkah pergi menuju kamar, yah kamarku!! yang berantakan, yang selalu di datangi air ketika hujan. Aku berbaring sambil memandang atap kamarku. “Kenapa Aku miskin? Kenapa bapak cacat? Kenapa aku tidak punya teman?”. Ucapku, Setiap aku berbaring di kamar selalu aku bertanya pada Tuhan, kenapa aku tidak seperti teman-temanku yg lain.                          
                                                            ****          
       “dordordor..Melatii banguun!! Cepat bereskan pakaian mu! ”. Itu suara ibu dan melati itu namaku. Tidak biasanya ibu membangunkan ku, mungkin aku tidur kelamaan , terus kenapa ibu menyuruh merapikan pakaianku. ”Sunarto, saya mau cerai. Saya sudah tidak tahan hidup melarat terus dengan mu. Kamu lumpuh, tidak bekerja bisanya menyusahkan saya.”. Itu suara ibu, kenapa ibu ingin pisah dengan bapak? Perkataan ibu barusan ikut menyakitiku.
       Aku hanya bisa mendengarkan dari kamar, apa yang harus ku lakukan, aku binggung. ”Maafkan saya Sumi, saya lumpuh bukan kemauan saya. Seandainya saya tidak lumpuh pasti saya bisa bekerja. Dan saya mohon, jangan ceraikan saya. Saya akan bekerja, meskipun saya lumpuh ” ucap bapakku. “Alaah, orang cacat kaya kamu mau kerja apa? Hah? Yang ada orang-orang iba ngeliat kamu! Saya mau cerai dan saya akan bawa melati”. Ucap ibu, ibu memanggil namaku. “Melatii…” . Aku datang menghampiri ibu dengan mata merah karena aku menangis mendengar percakapan mereka. ”Melati, ambil semua barang-barang mu. Kita pergi, ibu ingin pisah dengan bapakmu”. Ucap ibu .”Kenapa ibu ingin pisah dengan bapak?Siapa yang akan mengurus bapak jika kita pergi?”. Ucapku dengan nada yang tinggi. “Sudahlah jangan banyak Tanya, kamu mau hidup melarat terus, hah? 20 tahun ibu menikah dengan bapak mu. Ibu tidak pernah bahagia, Apalagi sejak bapak mu lumpuh ibu harus ngurus dia. Ibu cape, ibu ingin pisah, ibu sudah tidak kuat dengan keadaan ini. Sekarang kamu pilih, mau ikut ibu? Atau hidup melarat dengan bapakmu?”. Ucap ibu.
        Aku binggung pertanyaan macam apa itu, aku harus memilih satu diantara mereka. Aku liat kearah bapak , bapak sedang menangis mungkin karna ucapan ibu. Tuhan.. Aku harus bagaimana?. ”Melatii.. Cepat ambil barang-barangmu”. Ucap ibu. Aku tidak mengambil barang-barang ku Aku hanya  diam dan menangis. Kalau aku ikut dengan ibu. Bagaimana dengan bapak?. ”Melaatii.. yasudah kalau kamu tidak mau ikut dengan ibu!!”. Ucap ibu, sambil pergi meninggalkan kami. ”Melatii..Melatii..” Ucap bapak, suaranya bergetar. Aku menghampiri bapak. Aku hapus air yang mengalir di pipiku. Aku berusaha tegar. ”Melati kenapa kamu tidak ikut dengan ibu mu?”. Ucap bapak . “Kalau aku ikut dengan ibu, Siapa yang akan menyuapi makan bapak? Siapa yang akan menggantikan baju bapa? Siapa yang akan memijit bapak? Bapak kan manja”. Ucapku dengan sedikit bercanda, agar bapak tidak sedih lagi. “Kamu ini bisa saja, maafkan bapak ya, bapak lumpuh, bapak penyakitan, bapa hanya bisa menyusahkan kamu”. Ucap bapak, bapak selalu mengulang kata-kata itu, bapak lumpuh, bapa penyakitaan dan blablabla., Aku tak tega liat  keadaan nya.. Kalau saja aku punya uang pasti aku bawa bapak ke doctor. Sekarang aku harus bagaimana? Ibu jahat. ”Pak, aku mohon bapak jangan bilang kata-kata itu lagi !! bapak lumpuh, penyakitan dan sebagainya. Bapak harus sabar. Bapak harus kuat, Aku akan selalu menjaga bapak sampai bapak sembuh”. Ucapku, dan sebenarnya aku juga seperti bapakku mengeluh dengan keadaan ini. Cuma saja aku tidak mau keliatan oleh bapak. Aku pura-pura tegar di depan nya. ”Pak aku kekamarya, kalau ada apa-apa bapa panggil aja aku.”. Ucapku pada bapak. Aku keluar dari kamar bapak.. Aku pergi ke kamar ku, aku berbaring dikasur yang butut. ”Kenapa Aku miskin?, Kenapa bapak cacat?, kenapa aku tidak punya teman? Kenapa ibu pergi? Tuhaan, Kenapa Kau selalu berikan cobaan kepadaku? Kau tidak adil”.Ucapku.                                                     
                                                              ****       
          Tektektek, bunyi yang ku dengar setiap detik, terus berjalan dan aku biasa menyebut dengan bunyi kehidupan. Bunyi ini Seolah memberi tahuku kalau ini sudah jam 7 dan waktunya aku menyuapi bapak. Aku langsung  terbangun dari ranjang dan pergi ke wece untuk membasuh muka.”Melatii..Melatii..” suara bapak memanggil nama ku. “ada apa pak?”ucapku. “Tolong ambilin bapak minum, bapak haus” ucap bapak.
        Aku pergi kedapur mengambilkan air, “cuuuurr” suara air yang keluar dari teko kecil berwarna abu-abu yang di simpan didekat tempat nasi. Aku buka tutup nasi, tidak ada nasi sedikit pun. Beras juga sudah habis, “Oh Tuhan bagaimana ini?” ucapku. Ibu tidak ada dan tidak ada yang menyiapkan makanan. Mana aku tidak punya uang, untuk membeli beras terpaksa aku harus bekerja. “Apa yang harus ku katakan pada bapak?, kalau aku bilang pada pada tidak ada beras pasti bapak akan sedih” ucap ku lagi. ”Melatii, mana airnya?” Ucap bapak. Duh aku hampir lupa memberikan air pada bapak. “pak, ini airnya! Pak aku keluar dulu yaa ada urusan”. Ucapku pada bapak. “Memangnya kamu mau kemana? Ada urusan apa?” ucap bapak. ”euh..euh..aku mau cari kerja pak!” ucapku.   Bapak menangis, sudah kuduga pasti bapak bakalan sedih. Tapi aku binggung harus jawab apa pada bapak, lebih baik aku jujur. Aku cium tangan kanan bapak, dan langsung pergi. ”Pak, aku pergi duluyaaa”.Ucapku, dengan nada yang riang walau sebenarnya aku juga binggung mau cari kerja dimana.
        Aku binggung harus pergi kemana, entahlah kaki ku memaksa ku untuk pergi menyusuri tepi sungai. Apa itu? Kaya tempat minum. Yah, itu jawaban dari pertanyaan ku. Aku jadi pemulung, ku ambil satu persatu wadah yang masih bisa dijual. Uh, disini banyak sekali kardus dan tempat minum. Lumayan lah.“Pluuuk”. Suara wadah yang jatuh dari atas, dan aku langsung mengambilnya. Ko gelap yaa, dan kok ada bayangan orang. Aku liat keatas, Ada seorang pria berdiri diatasku memakai kaos biru. Badan nya tinggi, rambutnya pirang.”Degdegdeg” suara jantungku, Oh Tuhan.. Kenapa dengan diriku? Aku tidak bisa mengendalikan jantung ku, aku gemetaran sekali, rasa apa ini? Oh tuhan, dia jongkok dia menatapku. Matanya indah sekali, lebih indah dari pelangi. Aku semakin tidak bisa mengendalikan getaran dalam tubuhku. Kenapa dia terus menatapku? Apa yang harus aku lakukan, mungkin aku harus lari dari hadapan nya. Aku berlari dari hadapan nya. “Heh, nama kamu siapa?” ucapnya. “Anu..anu..aku hanya mengambil barang bekas yang berserakan”. Ucapku, dan dia mentertawa kan ku. “emang aku salah jawab ya?” ucapku lagi pada dia. “Nama kamu siapa?” ucap dia. Duh, aku kurang konsentrasi, dia nanya apa aku jawab nya apa malu kan. ”Nama ku melati..” Ucapku. ”Oh melati.. Kamu lucu!!”. Ucap dia, sambil pergi meninggalkan ku. Aku terus menatap dia sampai dia menghilang, euh aku lupa menanyakan nama nya. HAHAHA, tadi aku kenapa yaa? Sudahlah..Aku terus mencari, barang bekas yang masih bisa dijual, ku ambil satu persatu. Tapi setiap barang bekas yang kulihat, ada mata pria tadi seperti menatapku. Oh Tuhan, Kenapa dengan diriku? Kenapa setiap benda yang kuliat berubah menjadi matanya? Kenapa aku ingat ucapan dia terus.. “Oh, melatii, kamu lucu” ucap ku, sambil ketawa. Hahaha aku ingin cepat-cepat besok, dan aku akan tunggu dia di tempat yang tadi. Baru kali ini aku melihat orang yang buat ku bahagia.
         Aku sudah lama meninggalkan bapak, kasian bapak pasti lapar. Lagian, ini rongsokan sudah banyak. Untung saja di daerah ku ada pengepul rongsokan. Jadi aku tidak perlu susah-susah menjual rongsokan. “Yaaah, Cuma dapet 10rb.. tapi lumayan lah buat beli 2 liter beras”. Ucapku. Jadi, penghasilan besok bisa dikumpulkan untuk periksa bapak kedokter. Sekarang lebih baik aku pulang, kasian bapak. Pasti butuh bantuan ku.      
                                               *****     
      “Pak aku pulang” ucapku. Tapi, kenapa bapak tidak menjawab. Mungkin bapa sedang tidur.  Aku lelah sekali rasanya pengen tidur, tapi aku belum masak. Kasian bapak, dari tadi belum makan. Aku berjalan ke ruangan dekat kamar ku, ruangan nya sangat kecil. Hanya muat untuk lemari tempat biasa aku menyimpan makanan dan kompor. Kadang kalau aku duduk susah sekali untuk bergerak. Aku duduk dan kubuka lemari ku ambil panci untuk menanak Nasi. Aku masukan setengah beras yang kubeli tadi kedalam panci. Aku masukan air dan garam secukupnya. Tidak ada lauk pauk. Andai saja ibu ada disini pasti ibu memasak. Sudahlah, mungkin ini sudah takdirnya Aku miskin, bapak cacat, ibu sama bapak pisah. ”Bapak kok tidak memanggilku ya, dari tadi. Masa dari tadi belum bangun” Ucapku. Lebih baik aku bangunkan bapa saja.
        “toktoktok” aku ketuk pintu kamar bapa. “Pak..pak”.Ucapku, kok bapak tidak jawab. Aku buka Pintu kamar bapak, dan kulihat bapak terbaring aku dekati, “Pak...” ucapku dengan pelaan sambil memegang badan bapak. Badan bapak mengeras, tangan bapak dingin sekali. “Pak..Bangun pak” ucapku. Bapak tetap tidak menjawab. “Oh..Tuhaan kenapa dengan bapak” ucapku lagi sambil menangis. “Pak, bangun pak jangan bikin aku panik” ucapku, ”Pak, aku udah masak, cepet dong bangun” Ucapku, tapi bapak tetap tidak menjawab. Aku pegang pergelangan tangan bapak, tidak ada hentakan, aku pegang dada bapak jantung nya tidak berdetak, tidak ada angin yang keluar dari hidung bapak. Jangan-jangan bapak pergi. “Oh..Tuhan kenapa kau ambil nyawa bapak?”. Ucapku sambil menangis. ”Oh.Tuhan, kenapa kau tidak ambil nyawa ku saja?” ucapku. “Katanya Kau, tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambanya,Aku sudah tidak kuat lagi dengan cobaan ini”. Ucapku sambil menangis. Aku pergi keluar untuk menemui pak.Rt dan minta bantuan warga untuk mengurus jenazah bapak.                                                   
                                                               *****   
        Tanahnya kekuning-kuningan, Panjang nya 1 meter 75 cm, lebarnya 50 cm, dalam padung  tertulis Sunarto Bin Suherman. Suherman itu nama kakek ku. Ku taburi tempat tinggal bapak sekarang dengan bunga melati. ”Pak, Bunga melati ini akan selalu bersama bapak. Semoga bapak bahagia di surga sana” Ucapku sambil menangis.“hey, kamu melati kan?” ucap seseorang dari arah kanan. Aku tidak melihat muka nya, aku hanya mengganggukan kepalaku. ”Ibu dan ayahku juga di makam kan disini,aku tinggal bersama adik ku dirumah”. Ucap dia lagi. “apa yang kau rasakan, saat orang tua mu pergi untuk selamanya?” ucapku tanpa melihat mukanya.”Hahaha, pertanyaan yang  lucu, yang jelas Perasaan ku dulu sama dengan perasaan mu sekarang”. Ucap dia. “Sudah jangan menangis, ayo ikut dengan ku”. Ucap dia lagi. “Kemana?”. Ucapku, tanpa melihat mukanya. Dia berdiri sambil memegang tangan ku. Dia membawaku ketempat yang sunyi, banyak bunga-bunga diantaranya ada bunga melati. “Melati dari tadi kamu hanya melihat kebawah. Memangnya kamu tidak pegel?” Sambil bercanda. Aku tidak menjawab, aku liat muka dia. Aku tatap matanya, tiba-tiba seluruh badan ku bergetar. Jantungku berdetak kencaang sekali seakan mau copot. Ini kejadian yang aneh seperti hari kemarin. Mukanya tidak asing, mukanya selalu ada dalam bayangan ku. “Heey” ucap dia. “Kamu.. kemarin kita bertemu kan ?” ucapku. “haha, iyah nama ku andrea”. Ucap dia. “Kenapa kau tertawa? kamu tidak sedih? Orang tua mu sudah meninggal?” ucapku. “Dulu saya memang sedih, dulu saya ingin mati saja. Tapi kalau saya mati siapa yang akan merawat adik saya, saya berusaha tegar, saya berusaha memotivasi diri saya agar saya bisa sabar, sadar menjalani hidup tanpa mereka”. Ucap nya. “Kamu masih beruntung, kamu punya adik”. Ucap ku. “Mana ibu kamu, kenapa kamu hanya sendiri?” ucapnya.. ”Ibuku pergi dari rumah meninggalkan kami, Ibu tidak kuat hidup melarat bersama kami, bapak ku lumpuh, penyakitan, tidak bekerja dan sekarang bapak pergi meninggalkan ku selamanya”. Ucap ku pada andrea, andrea hanya senyum dan dia mendengarkan ku dengan serius. “Tuhan tidak adil, Kenapa Dia ambil bapak? Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Aku tidak tau ibu pergi kemana”. Ucapku pada andrea. “Itu tandanya Tuhan sayang sama kamu. Sekarang bapakmu sudah tidak kesakitan lagi, bapakmu sudah tenang disana, sekarang doakan saja bapakmu. Dan soal ibumu, jangan pikirkan suatu saat dia pasti kembali menemui mu”. Ucap andrea, Ucapan andrea buatku tenang, sekarang aku tau jawaban nya kenapa Tuhan ambil bapak, sekarang bapak sudah tidak sakit lagi bapak sudah tenang.. “Andrea, aku mau pulang, aku cape mau tidur”. Ucapku. “Baiklah saya antar kamu kerumah” ucapnya, kami pun pergi meninggalkan tempat yang begitu indah. Tapi aku tidak merasakan keindahan nya, karna keadaan nya seperti ini.                                                                                                  ****       
      Kendaraan lalu lalang, suara motor, mobil dan pedagang kaki lima sangat ramai. tapi tidak bisa mersakan keramaian nya, sepi sekalii. Aku terus berjalan, aku binggung, aku lelah, rasa nya aku ingin mati saja, aku tidak kuat dengan hidup ini. “Melatii..tunggu !!” ucap andrea, aku sampai lupa kalau aku sedang bersama andrea. ”Melati, kamu harus kuat. Saya yakin kamu bisa lewati keadaan ini”. Ucap andrea. “hahaha, kamu bilang aku harus kuat? Kamu mudah sekali bicara”.ucapku. “Kamu harus yakin, Tuhan pasti akan beri kebahagiaan di balik ini semua, percayalah”. Ucap andrea. “Bahagia? haha.. Aku miskin, sekarang aku tinggal sendiri. Kamu bilang aku bakal bahagia? Lucu..” Ucapku pada andrea. “Setiap hari kamu bahagia, hanya saja kamu tidak bisa mensyukuri hidup, biarlah kamu miskin harta, asal jangan miskin hati, dan kamu tidak sendiri. Saya siap menemani hari-hari mu”. Ucap andrea. Aku kaget, kenapa andrea bilang seperti itu. “Siap menemani hari-hari ku? Maksudnya?” ucapku. “Dari dulu saya menyukai kamu, saya sering perhatikan kamu. Saya kagum sama kamu”. Ucap nya. “Bagaimana bisa kamu menyukai ku, kita bertemu baru kemarin?” ucapku. “Kamu memang baru bertemu dengan saya kemarin, tapi saya tau kamu dari dulu Cuma saya malu untuk mendekatimu.” Ucap andrea, aku senang andrea bilang seperti itu, aku tidak bisa jawab, aku hanya diam. “Masih jauh kah, rumah mu?” ucapnya. “Itu rumahku”. Ucapku, sambil menunjukan kearah rumah . “Rumah ku kecil, butut, sekarang aku akan tinggal dirumah sendiri.” Ucapku. “Kamu harus bersyukur, masih punya rumah. Masih banyak orang-orang yang tidur dijalan karna tidak punya rumah. Kamu masih beruntung”. Ucap dia, setiap ucapan andrea selalu menyentuh hati ku. Dan sekarang aku sadar. Tuhan itu baik, Tuhan ambil bapak supaya bapak tidak sakit lagi dan Tuhan berikan teman yang sangat baik. “Melati, masuklah kerumah, tenangkan pikiran mu. Nanti sore saya ajak adikku main kerumah mu. Kebetulan adiku perempuan, jadi bisa menemanimu”. Ucap andrea. Bilang itu sambil pergi meninggalkan ku. “Andrea terimakasih, aku senang berkenalan dengan mu”. Ucap ku teriak pada andrea. Tuhan terimakasih, kau telah hadirkan andrea untuk ku. Tuhan maafkan aku selama ini aku tidak bersyukur.                                                                            *****
Udah tuh ceritanya segitu, kalau kalau ada waktu ingsaallah mau nulis kisah cinta Melati dan Andrea. Tapi maaf ya kalau ceritanya ganyambung, malum saya baru belajar. Sebenar nya saya itu gasuka baca Novel loh, tapi gatau kenapa pengen buat novel. Aneh yaa :D Kalau udah dibaca, komentarin yaa.. Terimakasih udaah mau mampir ke blog saya :) 

1 comment: