Tuhan Jawab Lewat Andrea
Suara
gemuruh air menemani ku mencari dedaunan yang berada dipinggir sungai. Celana
bututku kotor dan basah, mungkin karena kecipratan air sungai. Semua badan
ku, bau keringat. Matahari terus
mencubit semua badanku dan Bayanganku berubah menjadi lebih kecil
dari badan ku. “Ini pasti jam 12 siang.” Ucapku, Aku baru mendapatkan beberapa
daun saja untuk obat bapak padahal dari jam 9 Pagi aku kesini. Aku harus
pulang, lagian dedaunan ini mungkin cukup untuk menghilangkan rasa sakit kaki
bapak.
Aku berjalan menuju rumah, Rumah
ku sangat butut, cat rumah yang berwarna Biru muda memudar, karna sering
kehujanan. Dari jauh terlihat seseorang yang berdiri di depan pintu
rumahku. Tangannya sedang memegang pinggang, dia ibuku. Semakin aku mendekat
aku lihat matanya keluar semua dan berwarna merah. ”Dasar anak Malas!! Kamu tidak jauh beda
seperti bapa mu”. Ucap ibu, Nada suaranya tinggi. “Apa yang sudah ku perbuat,
sehingga ibu memarahiku?”. Ucapku. Ibu tidak menjawab, ibu langsung masuk
kedalam dengan wajahnya yang
menyeramkan. Mungkin ibu sedang banyak pikiran sehingga memarahiku.
Tok..tok..tok.. Aku
mengetuk pintu kamar bapaku. ”Paak,aku pulang”. Sambil
mendorong pintu dan langsung masuk kedalam. Aku duduk dipinggir kasur bapak
yang busanya kelihatan seolah ingin mengintip percapakapan kami, dan seharusnya kasur ini sudah tidak layak pakai. Aku langsung mengambil tangan kanan bapa dan langsung ku cium tangan
nya. ”Pak, barusan ibu memarahiku, memang aku salah apa?”. Ucapku, sembari
menggelengkan dedaunan ditangan dan ku tempelkan di kaki bapak. ”Kamu tidak
salah nak, bapa yang salah. Ibu kamu kesal sama bapak karna bapak tidak
bekerja, Bapak lumpuh, bapak penyakitan, bapak selalu menyusahkan kalian.” Ucap
bapak, bapak selalu mengatakan kata itu berulang-ulang, bapak lumpuh, bapak
penyakitan,dan sebagainya Aku tak tega melihat bapak. ”Jangan berbicara seperti
itu! Bapak harus kuat, bapak pasti sembuh.” Ucapku. ”Paak, aku masuk ke kamar
dulu ya, bapa jangan banyak pikiran, nanti bapak makin sakit.” Ucapku lagi pada
bapak.
Aku berjalan pelan sekali, seolah tidak terdengar suara kaki yang menempel
dilantai, kaki ku melangkah pergi menuju kamar, yah kamarku!! yang
berantakan, yang selalu di datangi air ketika hujan. Aku berbaring sambil
memandang atap kamarku. “Kenapa Aku miskin? Kenapa bapak cacat? Kenapa aku
tidak punya teman?”. Ucapku, Setiap aku berbaring di kamar selalu aku bertanya
pada Tuhan, kenapa aku tidak seperti teman-temanku yg lain.
****
“dordordor..Melatii
banguun!! Cepat bereskan pakaian mu! ”. Itu suara ibu dan melati itu namaku. Tidak
biasanya ibu membangunkan ku, mungkin aku tidur kelamaan , terus kenapa ibu
menyuruh merapikan pakaianku. ”Sunarto, saya mau cerai. Saya sudah tidak tahan
hidup melarat terus dengan mu. Kamu lumpuh, tidak bekerja bisanya menyusahkan
saya.”. Itu suara ibu, kenapa ibu ingin pisah dengan bapak? Perkataan ibu
barusan ikut menyakitiku.
Aku
hanya bisa mendengarkan dari kamar, apa yang harus ku lakukan, aku binggung. ”Maafkan
saya Sumi, saya lumpuh bukan kemauan saya. Seandainya saya tidak lumpuh pasti
saya bisa bekerja. Dan saya mohon, jangan ceraikan saya. Saya akan bekerja,
meskipun saya lumpuh ” ucap bapakku. “Alaah, orang cacat kaya kamu mau kerja
apa? Hah? Yang ada orang-orang iba ngeliat kamu! Saya mau cerai dan saya akan
bawa melati”. Ucap ibu, ibu memanggil namaku. “Melatii…” . Aku datang
menghampiri ibu dengan mata merah karena aku menangis mendengar percakapan
mereka. ”Melati, ambil semua barang-barang mu. Kita pergi, ibu ingin pisah
dengan bapakmu”. Ucap ibu .”Kenapa ibu ingin pisah dengan bapak?Siapa yang
akan mengurus bapak jika kita pergi?”. Ucapku dengan nada yang tinggi.
“Sudahlah jangan banyak Tanya, kamu mau hidup melarat terus, hah? 20 tahun ibu
menikah dengan bapak mu. Ibu tidak pernah bahagia, Apalagi sejak bapak mu
lumpuh ibu harus ngurus dia. Ibu cape, ibu ingin pisah, ibu sudah tidak kuat
dengan keadaan ini. Sekarang kamu pilih, mau ikut ibu? Atau hidup melarat
dengan bapakmu?”. Ucap ibu.
Aku
binggung pertanyaan macam apa itu, aku harus memilih satu diantara mereka. Aku
liat kearah bapak , bapak sedang menangis mungkin karna ucapan ibu. Tuhan.. Aku
harus bagaimana?. ”Melatii.. Cepat ambil barang-barangmu”. Ucap ibu. Aku tidak
mengambil barang-barang ku Aku hanya
diam dan menangis. Kalau aku ikut dengan ibu. Bagaimana dengan bapak?.
”Melaatii.. yasudah kalau kamu tidak mau ikut dengan ibu!!”. Ucap ibu, sambil
pergi meninggalkan kami. ”Melatii..Melatii..” Ucap bapak, suaranya bergetar.
Aku menghampiri bapak. Aku hapus air yang mengalir di pipiku. Aku berusaha
tegar. ”Melati kenapa kamu tidak ikut dengan ibu mu?”. Ucap bapak . “Kalau aku
ikut dengan ibu, Siapa yang akan menyuapi makan bapak? Siapa yang akan
menggantikan baju bapa? Siapa yang akan memijit bapak? Bapak kan manja”. Ucapku
dengan sedikit bercanda, agar bapak tidak sedih lagi. “Kamu ini bisa saja,
maafkan bapak ya, bapak lumpuh, bapak penyakitan, bapa hanya bisa menyusahkan
kamu”. Ucap bapak, bapak selalu mengulang kata-kata itu, bapak lumpuh, bapa
penyakitaan dan blablabla., Aku tak tega liat keadaan nya.. Kalau saja aku punya uang pasti
aku bawa bapak ke doctor. Sekarang aku harus bagaimana? Ibu jahat. ”Pak, aku
mohon bapak jangan bilang kata-kata itu lagi !! bapak lumpuh, penyakitan dan
sebagainya. Bapak harus sabar. Bapak harus kuat, Aku akan selalu menjaga bapak
sampai bapak sembuh”. Ucapku, dan sebenarnya aku juga seperti bapakku mengeluh
dengan keadaan ini. Cuma saja aku tidak mau keliatan oleh bapak. Aku pura-pura
tegar di depan nya. ”Pak aku kekamarya, kalau ada apa-apa bapa panggil aja
aku.”. Ucapku pada bapak. Aku keluar dari kamar bapak.. Aku pergi ke kamar ku, aku berbaring dikasur yang butut. ”Kenapa Aku miskin?, Kenapa bapak
cacat?, kenapa aku tidak punya teman? Kenapa ibu pergi? Tuhaan, Kenapa Kau selalu
berikan cobaan kepadaku? Kau tidak adil”.Ucapku.
****
Tektektek,
bunyi yang ku dengar setiap detik, terus berjalan dan aku biasa menyebut dengan
bunyi kehidupan. Bunyi ini Seolah memberi tahuku kalau ini sudah jam 7 dan
waktunya aku menyuapi bapak. Aku langsung terbangun dari ranjang dan pergi ke wece untuk
membasuh muka.”Melatii..Melatii..” suara bapak memanggil nama ku. “ada apa
pak?”ucapku. “Tolong ambilin bapak minum, bapak haus” ucap bapak.
Aku pergi kedapur mengambilkan air, “cuuuurr”
suara air yang keluar dari teko kecil berwarna abu-abu yang di simpan didekat
tempat nasi. Aku buka tutup nasi, tidak ada nasi sedikit pun. Beras juga sudah
habis, “Oh Tuhan bagaimana ini?” ucapku. Ibu tidak ada dan tidak ada yang
menyiapkan makanan. Mana aku tidak punya uang, untuk membeli beras terpaksa aku
harus bekerja. “Apa yang harus ku katakan pada bapak?, kalau aku bilang pada
pada tidak ada beras pasti bapak akan sedih” ucap ku lagi. ”Melatii, mana
airnya?” Ucap bapak. Duh aku hampir lupa memberikan air pada bapak. “pak, ini
airnya! Pak aku keluar dulu yaa ada urusan”. Ucapku pada bapak. “Memangnya kamu
mau kemana? Ada urusan apa?” ucap bapak. ”euh..euh..aku mau cari kerja pak!” ucapku.
Bapak
menangis, sudah kuduga pasti bapak bakalan sedih. Tapi aku binggung harus jawab
apa pada bapak, lebih baik aku jujur. Aku cium tangan kanan bapak, dan langsung
pergi. ”Pak, aku pergi duluyaaa”.Ucapku, dengan nada yang riang walau
sebenarnya aku juga binggung mau cari kerja dimana.
Aku
binggung harus pergi kemana, entahlah kaki ku memaksa ku untuk pergi menyusuri
tepi sungai. Apa itu? Kaya tempat minum. Yah, itu jawaban dari pertanyaan ku.
Aku jadi pemulung, ku ambil satu persatu wadah yang masih bisa dijual. Uh,
disini banyak sekali kardus dan tempat minum. Lumayan lah.“Pluuuk”.
Suara wadah yang jatuh dari atas, dan aku langsung mengambilnya. Ko gelap yaa,
dan kok ada bayangan orang. Aku liat keatas, Ada seorang pria berdiri diatasku
memakai kaos biru. Badan nya tinggi, rambutnya pirang.”Degdegdeg” suara
jantungku, Oh Tuhan.. Kenapa dengan diriku? Aku tidak bisa mengendalikan
jantung ku, aku gemetaran sekali, rasa apa ini? Oh tuhan, dia jongkok dia
menatapku. Matanya indah sekali, lebih indah dari pelangi. Aku semakin tidak
bisa mengendalikan getaran dalam tubuhku. Kenapa dia terus menatapku? Apa yang
harus aku lakukan, mungkin aku harus lari dari hadapan nya. Aku berlari dari
hadapan nya. “Heh, nama kamu siapa?” ucapnya. “Anu..anu..aku hanya mengambil
barang bekas yang berserakan”. Ucapku, dan dia mentertawa kan ku. “emang aku
salah jawab ya?” ucapku lagi pada dia. “Nama kamu siapa?” ucap dia. Duh, aku
kurang konsentrasi, dia nanya apa aku jawab nya apa malu kan. ”Nama ku
melati..” Ucapku. ”Oh melati.. Kamu lucu!!”. Ucap dia, sambil pergi
meninggalkan ku. Aku terus menatap dia sampai dia menghilang, euh aku lupa
menanyakan nama nya. HAHAHA, tadi aku kenapa yaa? Sudahlah..Aku
terus mencari, barang bekas yang masih bisa dijual, ku ambil satu persatu. Tapi
setiap barang bekas yang kulihat, ada mata pria tadi seperti menatapku. Oh
Tuhan, Kenapa dengan diriku? Kenapa setiap benda yang kuliat berubah menjadi
matanya? Kenapa aku ingat ucapan dia terus.. “Oh, melatii, kamu lucu” ucap ku,
sambil ketawa. Hahaha aku ingin cepat-cepat besok, dan aku akan tunggu dia di
tempat yang tadi. Baru kali ini aku melihat orang yang buat ku bahagia.
Aku
sudah lama meninggalkan bapak, kasian bapak pasti lapar. Lagian, ini rongsokan
sudah banyak. Untung saja di daerah ku ada pengepul rongsokan. Jadi aku tidak
perlu susah-susah menjual rongsokan. “Yaaah, Cuma dapet 10rb.. tapi lumayan lah
buat beli 2 liter beras”. Ucapku. Jadi, penghasilan besok bisa dikumpulkan
untuk periksa bapak kedokter. Sekarang lebih baik aku pulang, kasian bapak.
Pasti butuh bantuan ku.
*****
“Pak
aku pulang” ucapku. Tapi, kenapa bapak tidak menjawab. Mungkin bapa sedang
tidur. Aku lelah sekali rasanya pengen
tidur, tapi aku belum masak. Kasian bapak, dari tadi belum makan. Aku berjalan
ke ruangan dekat kamar ku, ruangan nya sangat kecil. Hanya muat untuk lemari
tempat biasa aku menyimpan makanan dan kompor. Kadang kalau aku duduk susah
sekali untuk bergerak. Aku duduk dan kubuka lemari ku ambil panci untuk menanak
Nasi. Aku masukan setengah beras yang kubeli tadi kedalam panci. Aku masukan
air dan garam secukupnya. Tidak ada lauk pauk. Andai saja ibu ada disini pasti
ibu memasak. Sudahlah, mungkin ini sudah takdirnya Aku miskin, bapak cacat, ibu
sama bapak pisah. ”Bapak kok tidak memanggilku ya, dari tadi. Masa dari tadi belum
bangun” Ucapku. Lebih baik aku bangunkan bapa saja.
“toktoktok”
aku ketuk pintu kamar bapa. “Pak..pak”.Ucapku, kok bapak tidak jawab. Aku buka Pintu
kamar bapak, dan kulihat bapak terbaring aku dekati, “Pak...” ucapku dengan pelaan
sambil memegang badan bapak. Badan bapak mengeras, tangan bapak dingin sekali.
“Pak..Bangun pak” ucapku. Bapak tetap tidak menjawab. “Oh..Tuhaan kenapa dengan
bapak” ucapku lagi sambil menangis. “Pak, bangun pak jangan bikin aku panik” ucapku,
”Pak, aku udah masak, cepet dong bangun” Ucapku, tapi bapak tetap tidak
menjawab. Aku pegang pergelangan tangan bapak, tidak ada hentakan, aku
pegang dada bapak jantung nya tidak berdetak, tidak ada angin yang keluar
dari hidung bapak. Jangan-jangan bapak pergi. “Oh..Tuhan kenapa kau ambil nyawa
bapak?”. Ucapku sambil menangis. ”Oh.Tuhan, kenapa kau tidak ambil nyawa ku
saja?” ucapku. “Katanya Kau, tidak akan memberikan cobaan diluar batas
kemampuan hambanya,Aku sudah tidak kuat lagi dengan cobaan ini”. Ucapku sambil
menangis. Aku pergi keluar untuk menemui pak.Rt dan minta bantuan warga untuk
mengurus jenazah bapak.
*****
Tanahnya
kekuning-kuningan, Panjang nya 1 meter 75 cm, lebarnya 50 cm, dalam padung tertulis Sunarto Bin Suherman. Suherman itu
nama kakek ku. Ku taburi tempat tinggal bapak sekarang dengan bunga melati. ”Pak,
Bunga melati ini akan selalu bersama bapak. Semoga bapak bahagia di surga sana”
Ucapku sambil menangis.“hey,
kamu melati kan?” ucap seseorang dari arah kanan. Aku tidak melihat muka nya,
aku hanya mengganggukan kepalaku. ”Ibu dan ayahku juga di makam kan disini,aku
tinggal bersama adik ku dirumah”. Ucap dia lagi. “apa yang kau rasakan, saat
orang tua mu pergi untuk selamanya?” ucapku tanpa melihat mukanya.”Hahaha,
pertanyaan yang lucu, yang jelas
Perasaan ku dulu sama dengan perasaan mu sekarang”. Ucap dia. “Sudah jangan menangis,
ayo ikut dengan ku”. Ucap dia lagi. “Kemana?”. Ucapku, tanpa melihat mukanya.
Dia berdiri sambil memegang tangan ku. Dia membawaku ketempat yang sunyi,
banyak bunga-bunga diantaranya ada bunga melati. “Melati dari tadi kamu hanya
melihat kebawah. Memangnya kamu tidak pegel?” Sambil bercanda. Aku tidak
menjawab, aku liat muka dia. Aku tatap matanya, tiba-tiba seluruh badan ku
bergetar. Jantungku berdetak kencaang sekali seakan mau copot. Ini kejadian
yang aneh seperti hari kemarin. Mukanya tidak asing, mukanya selalu ada dalam
bayangan ku. “Heey” ucap dia. “Kamu.. kemarin kita bertemu kan ?” ucapku.
“haha, iyah nama ku andrea”. Ucap dia. “Kenapa kau tertawa? kamu tidak sedih? Orang tua mu sudah meninggal?” ucapku. “Dulu saya memang sedih, dulu saya ingin
mati saja. Tapi kalau saya mati siapa yang akan merawat adik saya, saya
berusaha tegar, saya berusaha memotivasi diri saya agar saya bisa sabar, sadar
menjalani hidup tanpa mereka”. Ucap nya. “Kamu masih beruntung, kamu punya
adik”. Ucap ku. “Mana ibu kamu, kenapa kamu hanya sendiri?” ucapnya.. ”Ibuku
pergi dari rumah meninggalkan kami, Ibu tidak kuat hidup melarat bersama kami,
bapak ku lumpuh, penyakitan, tidak bekerja dan sekarang bapak pergi
meninggalkan ku selamanya”. Ucap ku pada andrea, andrea hanya senyum dan dia
mendengarkan ku dengan serius. “Tuhan tidak adil, Kenapa Dia ambil bapak? Aku
tidak punya siapa-siapa lagi. Aku tidak tau ibu pergi kemana”. Ucapku pada
andrea. “Itu tandanya Tuhan sayang sama kamu. Sekarang bapakmu sudah tidak
kesakitan lagi, bapakmu sudah tenang disana, sekarang doakan saja bapakmu. Dan
soal ibumu, jangan pikirkan suatu saat dia pasti kembali menemui mu”. Ucap
andrea, Ucapan andrea buatku tenang, sekarang aku tau jawaban nya kenapa Tuhan
ambil bapak, sekarang bapak sudah tidak sakit lagi bapak sudah tenang.. “Andrea,
aku mau pulang, aku cape mau tidur”. Ucapku. “Baiklah saya antar kamu kerumah”
ucapnya, kami pun pergi meninggalkan tempat yang begitu indah. Tapi aku tidak
merasakan keindahan nya, karna keadaan nya seperti ini. ****
Kendaraan
lalu lalang, suara motor, mobil dan pedagang kaki lima sangat ramai. tapi tidak bisa mersakan keramaian nya, sepi sekalii. Aku
terus berjalan, aku binggung, aku lelah, rasa nya aku ingin mati saja, aku
tidak kuat dengan hidup ini. “Melatii..tunggu !!” ucap andrea, aku sampai lupa
kalau aku sedang bersama andrea. ”Melati, kamu harus kuat. Saya yakin kamu bisa
lewati keadaan ini”. Ucap andrea. “hahaha, kamu bilang aku harus kuat? Kamu
mudah sekali bicara”.ucapku. “Kamu harus yakin, Tuhan pasti akan beri
kebahagiaan di balik ini semua, percayalah”. Ucap andrea. “Bahagia? haha.. Aku miskin,
sekarang aku tinggal sendiri. Kamu bilang aku bakal bahagia? Lucu..” Ucapku pada
andrea. “Setiap hari kamu bahagia, hanya saja kamu tidak bisa mensyukuri hidup,
biarlah kamu miskin harta, asal jangan miskin hati, dan kamu tidak sendiri.
Saya siap menemani hari-hari mu”. Ucap andrea. Aku kaget, kenapa andrea bilang
seperti itu. “Siap menemani hari-hari ku? Maksudnya?” ucapku. “Dari dulu saya
menyukai kamu, saya sering perhatikan kamu. Saya kagum sama kamu”. Ucap nya.
“Bagaimana bisa kamu menyukai ku, kita bertemu baru kemarin?” ucapku. “Kamu
memang baru bertemu dengan saya kemarin, tapi saya tau kamu dari dulu Cuma saya
malu untuk mendekatimu.” Ucap andrea, aku senang andrea bilang seperti itu, aku
tidak bisa jawab, aku hanya diam. “Masih jauh kah, rumah mu?” ucapnya. “Itu
rumahku”. Ucapku, sambil menunjukan kearah rumah . “Rumah ku kecil, butut,
sekarang aku akan tinggal dirumah sendiri.” Ucapku. “Kamu harus bersyukur,
masih punya rumah. Masih banyak orang-orang yang tidur dijalan karna tidak
punya rumah. Kamu masih beruntung”. Ucap dia, setiap ucapan andrea selalu
menyentuh hati ku. Dan sekarang aku sadar. Tuhan itu baik, Tuhan ambil bapak
supaya bapak tidak sakit lagi dan Tuhan berikan teman yang sangat baik.
“Melati, masuklah kerumah, tenangkan pikiran mu. Nanti sore saya ajak adikku
main kerumah mu. Kebetulan adiku perempuan, jadi bisa menemanimu”. Ucap andrea.
Bilang itu sambil pergi meninggalkan ku. “Andrea terimakasih, aku senang
berkenalan dengan mu”. Ucap ku teriak pada andrea. Tuhan terimakasih, kau telah
hadirkan andrea untuk ku. Tuhan maafkan aku selama ini aku tidak bersyukur. *****
Udah tuh ceritanya segitu, kalau kalau ada waktu ingsaallah mau nulis kisah cinta Melati dan Andrea. Tapi maaf ya kalau ceritanya ganyambung, malum saya baru belajar. Sebenar nya saya itu gasuka baca Novel loh, tapi gatau kenapa pengen buat novel. Aneh yaa :D Kalau udah dibaca, komentarin yaa.. Terimakasih udaah mau mampir ke blog saya :)
keren
ReplyDelete